Pencandu kerja

Pencandu kerja, penggila kerja, atau peranjing kerja (bahasa Inggris: workaholic) adalah orang yang mementingkan pekerjaan secara berlebihan dan melalaikan aspek kehidupan yang lain. Seperti -aholic yang lain, workaholic mempunyai kecanduan yang tidak sehat, dalam hal ini adalah kecanduan kerja, mengejar karier dan menganggap mereka adalah satu-satunya yang bisa mengerjakan pekerjaan dengan benar. Workaholic berbeda dengan kerja keras.

Workaholic adalah orang yang ketagihan untuk bekerja. Meskip istilah workaholic biasanya berkonotasi negatif, ia terkadang digunakan oleh orang-orang yang ingin menyatakan kesetiaan mereka ke salah satu hal positif dalam karier mereka.

Workaholic biasa disematkan kepada mereka yang menggilai sebuah pekerjaan. Setiap wilayah ataupun negara sudah pasti memiliki angkatan karyawan yang gila bekerja. Berdasarkan data statistik yang mereka dapatkan dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), penduduk Jepang, Kanada dan Meksiko disebut sebagai negara yang memiliki jam kerja minimal setengah jam lebih lama dari jam kerja standar yang dikeluarkan OECD setiap harinya, yakni 8,1 jam.

Meksiko menduduki peringkat teratas dimana penduduknya rerata memiliki total jam kerja hampir 10 jam tiap hari. Meski begitu, negara ini juga memiliki rerata tingkat pekerjaan yang tidak dibayar, yakni sekitar 4,2 jam.

Sementara itu, penduduk di negara Eropa disebut menjadi yang sebaliknya. Mereka memiliki jam kerja yang paling sedikit dibandingkan negara lainnya, khususnya penduduk Belgia yang rata-rata hanya bekerja maksimal 7,1 jam setiap hari.

Deskripsi

Pecandu kerja alias workaholic memang tak sehat. Mungkin mereka jadi jauh dengan keluarga karena lebih sering menghabiskan waktu di tempat kerja. Namun, di zaman sekarang, jika tak bekerja lebih keras, mungkin sulit untuk bertahan di tengah persaingan global.

Banyak orang yang kurang menyapakati pengertian workaholic atau gila kerja. Ada yang bilang, workaholic disebabkan orang mencintai pekerjaannya, sehingga bersedia mengorbankan seluruh waktunya untuk pekerjaan itu. Tetapi, menurut Dr Randall S. Hansen, edukator dan penulis buku seputar motivasi, di masa sekarang workaholic bukan hanya sebatas rasa cinta terhadap pekerjaan. "Ini juga berkaitan dengan tuntutan finansial, sosial, dan juga teknologi. Tuntutan finansial membuat harus menghasilkan banyak uang untuk kebutuhan hidup, sehingga bisa jadi akan melakukan segala jenis pekerjaan dan mengorbankan waktu istirahat. Sementara tuntutan sosial lebih berkaitan pada budaya kerja masyarakat atau negara tertentu. Sedangkan tuntutan teknologi sedikit-banyak dipengaruhi oleh adanya e-mail, blackberry, hingga fasilitas lainnya. Otomatis, Anda tidak bisa beristirahat meskipun sudah di rumah," jelas Hansen.

Menjadi pencandu kerja dapat berdampak buruk terhadap kehidupan. Misalnya, mudah mengalami stres. Kemudian, keseringan pertemuan dengan orang-orang terdekat juga jadi berkurang. Survei yang dilakukan di Amerika Serikat memperlihatkan, 40 persen pekerja malah tidak ingin mengambil kesempatan untuk berlibur, karena takut ketinggalan pekerjaan saat kembali bekerja lagi. Padahal, liburan juga penting untuk kesehatan jiwa.

Perbedaan pencandu kerja dan pekerja keras

Workaholic
  • Tidak ingin jauh dari pekerjaannya karena merasa tidak berharga dan terasing, pekerjaan adalah satu-satunya hal yang memberi kebanggaan baginya.
  • Umumnya workaholic bersifat "kompulsif" atau “candu". Kompulsif itu sendiri bisa digambarkan seperti seolah-olah ada tekanan atau paksaan batin di dalam diri seseorang untuk terus bekerja.
  • Workaholic misalnya bekerja untuk mencapai karier setinggi-tingginya sehingga mengorbankan kepentingan keluarga dan teman, adrenalin meningkat apabila menghadapi hal-hal yang tidak sesuai keinginannya, serta tidak dapat mengalihkan pikiran ke hal-hal lain kecuali yang berkaitan dengan pekerjaan.
Pekerja keras
  • Pekerja keras ingin berkontribusi secara maksimal dalam pekerjaannya, namun tetap menyisihkan waktu untuk kehidupan sosial.
  • Orang yang bekerja keras memang asyik dengan pekerjaannya, namun keasyikannya itu sangat berasalan. (1) untuk merealisasikan target-target yang dinamis. Siapapun yang membaca riwayat hidup Edison akan menyimpulkan Edison sebagai pekerja keras: membaca, bereksperimentasi, bertemu dengan orang lain, dan lain-lain. Nasihat Edison yang sangat tepat di sini adalah: "Jangan hanya menenggelamkan diri pada kesibukan tetapi lupa menanyakan tujuan dari kesibukan itu."
  • Hardworker atau pekerja keras akan menetapkan batas pada pekerjaan sehingga masih memiliki relasi dengan keluarga dan teman, serta melakukan aktivitas rekreasi.
  • Seorang pekerja keras dapat mengendalikan dirinya untuk tetap tenang dan mampu mengalihkan pikirannya pada hal-hal yang menyenangkan selain pekerjaannya

Referensi

Pranala luar

  • The Economics of Workaholism Diarsipkan 2006-09-20 di Wayback Machine.