Zona fotik
Zona fotik (disebut juga sebagai zona eufotik, zona epipelagik, dan zona sinar matahari) adalah lapisan paling atas dari sebuah perairan yang dapat ditembus sinar matahari atau sebuah zona perairan terbuka. Zona ini memungkinkan fitoplankton untuk melakukan fotosintesis.[1] Zona ini menjadi rumah bagi sebagian besar kehidupan akuatik karena fitoplankton merupakan produsen primer pada rantai makanan.[2]
Kedalaman
Zona fotik merupakan pembagian kedalaman di perairan berdasarkan intensitas cahaya matahari. Zona ini memiliki kedalaman sekitar 200 meter dari permukaan laut terbuka dan menjadi zona dengan intensitas cahaya terbesar.[3] Kedalaman zona ini bervariasi seiring dengan perubahan tingkat kekeruhan di dalam air. Tingkah kekeruhan ini dipengaruhi oleh konsentrasi fitoplankton di dalam air. Kedalaman zona fotik akan menurun seiring dengan meningkatnya produksi primer. Saat keruh, kedalaman zona fotik menjadi sangat dangkal, berkisar di lima belas meter.[1]
Zona fotik berada di atas zona senja atau zona afotik. Zona senja berada di kedalaman 200-1000 meter di bawah permukaan laut, cahaya matahari masih bisa menembus zona ini tetapi tidak cukup untuk fotosintesis sehingga zona ini lebih banyak dihuni oleh ikan-ikan predator. Zona afotik berada di kedalaman 1000-4000 meter di bawah permukaan air laut, cahaya matahari sudah tidak bisa menembus zona ini, menjadikan zona afotik didominasi oleh spesies-spesies yang dapat memancarkan cahayanya sendiri (bioluminesensi).[4]
Penyerapan cahaya
Air sangat efektif dalam menyerap cahaya yang masuk sehingga semakin dalam air laut, maka jumlah cahaya yang menembus lautan berkurang dengan cepat. Pada kedalaman satu meter, hanya 45% energi matahari yang bisa menembus permukaan laut. Pada kedalaman 10 meter, hanya 16% cahaya yang mampu menembus air laut, dan hanya 1% cahaya asli yang tersisa pada 100 meter. Tidak ada cahaya yang menembus lebih dari 1000 meter. Oleh karenanya, zona fotik memiliki intensitas cahaya yang beragam.[5]
Air juga menyerap panjang gelombang cahaya yang berbeda-beda pada setiap tingkatan. Panjang gelombang yang lebih panjang diserap terlebih dahulu; merah diserap pada kedalaman 10 meter, jingga sekitar 40 meter, dan kuning menghilang sebelum 100 meter. Sedangkan biru yang memiliki panjang gelombang lebih pendek akan menembus jauh ke dalam laut. Inilah sebabnya mengapa hal-hal menjadi terlihat biru di bawah air. Peristiwa ini terjadi karena warna dipersepsikan oleh mata tergantung pada panjang gelombang cahaya yang diterima oleh mata.[5]
Produksi primer
Produksi primer di zona fotik dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu nutrisi, cahaya matahari, dan spesies yang mengonsumsi produsen primer (fitoplankton). Nutrisi, terutama fosfat dan nitrat, seringkali menjadi langka di zona fotik karena digunakan dengan cepat selama fotosintesis. Secara eksternal, nutrisi dapat diterima melalui curah hujan, aliran sungai, pelapukan batuan dan tanah, dan dari aktivitas manusia, seperti pembuangan limbah. Secara internal, nutrisi bisa didapatkan melalui siklus pembalikan massa air dan penenggelaman air.[2]
Zona fotik memiliki laju fotosintesis yang lebih cepat dibandingkan laju respirasi. Hal ini disebabkan oleh melimpahnya cahaya matahari yang dapat digunakan sebagai sumber energi untuk fotosintesis produsen primer seperti fitoplankton. Akhirnya, fitoplankton tumbuh dan diproduksi dengan cepat karena adanya pengaruh sinar matahari yang kuat. Fenomena inilah yang menyebabkan 95% proses fotosintesis di lautan terjadi di zona fotik.[6]
Dalam beberapa kasus, ketika konsentrasi nutrisi tinggi, zona fotik menjadi lebih dangkal. Hal ini dikarenakan nutrisi merangsang pertumbuhan fitoplankton sehingga sel-sel menyerap lebih banyak sinar matahari yang masuk ke kolom air dan menaungi lapisan di bawahnya. Beberapa wilayah di Bumi mungkin memiliki zona fotik yang sangat dalam karena konsentrasi nutrisi sangat kecil dan memiliki pertumbuhan produsen primer terbatas.[2]
Kehidupan
Zona fotik menjadi rumah bagi 90% kehidupan di perairan. Zona ini mencakup karnivor dan herbivor. Zona ini juga mengandung fitoplankton (tanaman), termasuk dinoflagellata, diatom, sianobakteri, kokolitofor, dan cryptomonads. Selain fitoplankton, zooplankton juga terdapat di zona fotik sebagai konsumen, di antaranya protozoa seperti flagellata, ciliata, foraminifera, dan radiolaria.[6] Copepoda (krustasea kecil) banyak tersebar di zona fotik. Terakhir, ada nekton (hewan yang dapat menggerakkan diri sendiri, seperti ikan, cumi-cumi, dan kepiting) yang memiliki ukuran terbesar dan paling jelas terlihat di zona fotik, tetapi jumlahnya paling sedikit di antara semua kelompok yang ada.[7]
Lihat pula
Referensi
- ^ a b "Adaptations". Exploring Our Fluid Earth (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 14 Oktober 2022.
- ^ a b c "Photic Zone". Encylopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
- ^ "Pembagian Zona Ekosistem Air Laut". Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang. 19 November 2020. Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
- ^ Webb, Paul. "1.3 Marine Provinces". Roger Williams University (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
- ^ a b Webb, Paul. "6.5 Light". Roger Williams University (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 Otober 2022. Periksa nilai tanggal di:
|access-date=
(bantuan) - ^ a b Foulds, David (22 November 2019). "What Lives in the Photic Zone?". Sciencing (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 11 Oktober 2022.
- ^ Peck, Andrea (21 Mei 2018). "Trophic Levels of Coral Reefs". Sciencing (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 15 Oktober 2022.
- l
- b
- s
- Teori gelombang Airy
- Skala Ballantine
- Ketidakstabilan Benjamin–Feir
- Aproksimasi Boussinesq
- Gelombang pecah
- Clapotis
- Gelombang knodial
- Gelombang laut persegi
- Dispersi
- Gelombang ekuatorial
- Gelombang gravitasi
- Hukum Green
- Gelombang infragravitasi
- Gelombang internal
- Bilangan Iribarren
- Gelombang Kelvin
- Gelombang kinematik
- Arus sejajar pantai
- Prinsip variasi Luke
- Tegangan radiasi
- Gelombang raksasa
- Gelombang Rossby
- Keadaan laut
- Seiche
- Tinggi gelombang signifikan
- Soliton
- Lapisan batas Stokes
- Pergeseran Stokes
- Gelombang Stokes
- Gelombang alun
- Gelombang trochoidal
- Tsunami
- Bilangan Ursell
- Dasar gelombang
- Tinggi gelombang
- Ketidaklinearan gelombang
- Energi ombak
- Radar gelombang
- Pendangkalan gelombang
- Turbulensi gelombang
- Interaksi gelombang dan arus
- Gelombang di perairan dangkal
- Persamaan Saint-Venant dimensi satu
- Persamaan perairan dangkal
- ombak
- Model
- Sirkulasi atmosfer
- Baroklinitas
- Arus batas
- Gaya Coriolis
- Gaya Coriolis–Stokes
- Gaya vorteks Craik–Leibovich
- Downwelling
- Eddy
- Batas Ekman
- Spiral Ekman
- Transpor Ekman
- El Niño–Osilasi Selatan
- Arus geostropik
- Global Ocean Data Analysis Project
- Arus Teluk
- Sirkulasi halotermal
- Arus Humboldt
- Sirkulasi hidrotermal
- Sirkulasi Langmuir
- Arus Loop
- Arus laut
- Dinamika laut
- Pusaran samudra
- Pemodelan Princeton
- Arus pecah
- Arus subpermukaan
- Keseimbangan Sverdrup
- Sirkulasi termohalin
- berhenti
- Upwelling
- Arus akibat angin
- Pusaran air
- World Ocean Circulation Experiment
- Titik amphidromic
- Pasang Bumi
- Head of tide
- Internal tide
- Lunitidal interval
- Perigean spring tide
- Arus pecah
- Rule of twelfths
- Slack water
- Tidal bore
- Gaya pasang surut
- Energi pasang surut
- Tidal race
- Tunggang pasang surut
- Tidal resonance
- Tide gauge
- Tideline
- Teori pasang laut
- Abyssal fan
- Dataran abisal
- Atol
- Bathymetric chart
- Geografi pesisir
- Cold seep
- Continental margin
- Continental rise
- Landas benua
- Lubuk
- Contourite
- Guyot
- Hidrografi
- Cekungan samudra
- Oceanic plateau
- Palung samudra
- Passive margin
- Dasar laut
- Gunung bawah laut
- Lembah bawah laut
- Gunung api bawah laut
lempeng
- Batas divergen
- Batas konvergen
- Fracture zone
- Ventilasi hidrotermal
- Geologi kelautan
- Mid-ocean ridge
- Mohorovičić discontinuity
- Hipotesis Vine–Matthews–Morley
- Kerak samudra
- Outer trench swell
- Ridge push
- Pemekaran lantai samudra
- Slab pull
- Slab suction
- Slab window
- Subduksi
- Pergeseran sesar
- Busur vulkanik
- Air laut dalam
- Laut dalam
- Litoral
- Mesopelagik
- Oceanic
- Pelagik
- Fotik
- Selancar
- Basah
- Deep-ocean Assessment and Reporting of Tsunamis
- Global Sea Level Observing System
- North West Shelf Operational Oceanographic System
- Sea-level curve
- Kenaikan permukaan laut
- Sistem Geodesi Dunia
- Deep scattering layer
- Hidroakustik
- Tomografi akustik kelautan
- Bom sofar
- Saluran SOFAR
- Akustik bawah air
- Argo
- Benthic lander
- Warna air
- DSV Alvin
- Energi laut
- Pencemaran laut
- Mooring
- National Oceanographic Data Center
- Samudra
- Penjelajahan samudra
- Ocean observations
- Ocean reanalysis
- Ocean surface topography
- Ocean thermal energy conversion
- Oseanografi
- Outline of oceanography
- Pelagic sediment
- Sea surface microlayer
- Sea surface temperature
- Air laut
- Science On a Sphere
- Termoklin
- Underwater glider
- Kolom air
- World Ocean Atlas
- Kategori
- Commons